Biografi tokoh dan public figure.

Jumat, 24 Februari 2017

Joko Widodo: Biografi dan Profil Presiden Indonesia Ke 7

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Joko-Widodo

Banyak orang kagum melihat pencapaian karir politik Joko Widodo. Diantara politisi kebanyakan, karirnya melesat begitu cepat. Dimulai saat menjabat Walikota Solo tahun 2005, lalu menjadi gubernur DKI Jakarta tahun 2012, dan pada tahun 2014 sampai saat ini menjadi Presiden Republik Indonesia. Pria yang karib disapa Jokowi ini dikenal sebagai pemimpin yang sederhana, merakyat, dan bersih. “Blusukan” menjadi trade mark kepemimpannya, yang kini mulai diikuti oleh banyak kepala daerah.

Tak banyak yang mau memberitakan pria kurus tinggi ini sebelum ia sukses menjabat Walikota Surakarta (Solo) selama 2 periode, dengan perolehan suara di periode keduanya mencapai kemenangan mutlak 90,9 %. Angka yang menunjukkan betapa rakyat Solo waktu itu sangat menginginkannya.

Namun sebelum pencapaian itu diraihnya, Jokowi adalah seorang pengusaha mebel. Dan jauh sebelum semua itu, Jokowi hanyalah sosok anak kecil yang hidup dalam kesederhanaan, merasakan beberapa kali rumahnya digusur, sampai ikut bekerja membiayai sekolahnya.

Inilah biografi dan profil Joko Widodo, Presiden RI ke 6.

Profil
Nama lengkap Ir. Joko Widodo
Nama Populer Jokowi
Nama Kecil Mulyono
Lahir Surakarta, 21 Juni 1961
Agama Islam
Orang tua Noto Mihardjo dan Sujiatmi
Istri Hj. Iriana
Anak Gibran Rakabuming, Kahiyang Ayu, Kaesang Pangarep
Kesukaan Musik heavy metal

Masa Kecil (1961 – 1973)

Jokowi lahir pada tanggal 21 Juni 1961 di Rumah Sakit Brayat Minulyo, Solo dari pasangan Noto Mihardjo dan Sujatmi. Nama kecilnya adalah Mulyono. Ia adalah anak sulung dari empat bersaudara. Tiga adik perempuannya bernama Iid Sriyantini, Ida Yati dan Titik Relawati.

Keluarga Jokowi bukan tergolong keluarga berada. Sang ayah yang bekerja sebagai tukang kayu, harus menerima keadaan dengan berpindah-pindah dari rumah kontrakan satu ke rumah kontrakan lainnya.

Bahkan rumah sekaligus tempat usaha sang ayah di kawasan bantaran kali Pepe, Solo sempat digusur untuk dijadikan pusat jasa travel. Sebanyak 3 kali keluarga Jokowi menjadi sasaran penggusuran, dan memaksa mereka menumpang di rumah kerabat.

Jokowi kecil bersekolah di SDN 111 Tirtoyoso, sekolah yang sebagian besar siswanya berasal dari keluarga kurang mampu. Dari penuturan gurunya, jiwa kepemimpinan Jokowi sudah nampak saat ia masih SD. Ia memilih berjalan kaki menuju sekolahnya, disaat temanya bersepeda ontel. Untuk mencukupi keperluan sekolah dan memperoleh uang jajan, Jokowi mencari uang sendiri dengan berdagang dan menjadi kuli panggul di pasar. Ia berdagang apa saja. Dan saat musim hujan, Jokowi kecil menjajakan ojek payung,

Ibunya menuturkan bahwa Jokowi semasa kecil adalah sosok pendiam, namun supel dan pandai bergaul. Jokowi lebih suka mengalah demi menghindari pertengkaran. Sikap ini diwarisi dari orangtuanya yang mangajarkan bahwa jadi orang itu harus ikhlas dan bertanggung jawab.

Dengan latar belakang keluarga sederhana membuat Jokowi terbiasa menjalani hidup yang sulit dan keras. Saat usianya baru menginjak 12 tahun, ia sudah mulai mengasah keterampilan di bidang mebel dengan membantu ayahnya bekerja sebagai tukang gergaji.

Masa Muda (1974 – 1985)

Setelah lulus Sekolah Dasar, Jokowi melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Surakarta hingga lulus. Ia sebenarnya ingin melanjutkan ke SMA Negeri 1 Surakarta namun gagal. Akhirnya Jokowi memilih melanjutkan sekolah ke SMA Negeri 6 Surakarta. Di sekolah menengah ini, Jokowi diajar oleh guru-guru diantaranya Bu Nurhayati, Sudadi, Sih Winarni, dan Ibu Ning.

Ibu Sutoto, salah satu guru SMP menceritakan benih-benih sukses sudah ada dalam diri Jokowi semenjak masih bersekolah.

"Dia itu anak yang baik, hidupnya sederhana," kenang guru matematika ini.

Pensiunan guru ini menambahkan Jokowi adalah pribadi yang rajin, terutama dalam mengerjakan tugas pekerjaan rumah. Di samping itu, teman-temannya juga banyak.

Selepas pendidikan menengah berhasil diselesaikan, Jokowi muda bertekad melanjutkan studi ke jenjang perkuliahan. Ia masuk S1 Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta. Di bangku kuliah ia sangat bersungguh-sungguh mempelajari struktur kayu, teknologi, dan pemanfaatannya. Pada tahun 1985, Jokowi lulus dan memperoleh gelar Insinyur dengan tugas akhir skripsi yang berjudul “Studi Tentang Pola Konsumsi Kayu Lapis pada Pemakaian Akhir di Kodya Surakarta”.

Joko-Widodo

Menggeluti Usaha Eksportir Mebel (1985 – 2004)

Begitu lulus kuliah tahun 1985, Jokowi langsung merantau ke Aceh untuk bekerja di PT Kertas Kraft Aceh, sebuah perusahaan BUMN. Dirinya ditempatkan di tengah hutan tepatnya di kawasan Hutan Pinus Merkusii di Dataran Tinggi Gayo, Aceh Tengah.

Setahun berselang, tepatnya pada tanggal 24 Desember 1986, Jokowi muda menikahi Iriana di Solo. Disebutkan bahwa Jokowi tidak pernah berpacaran sebelum menikahi wanita kelahiran 1 Oktober 1963 itu, sehingga banyak yang mengatakan ini adalah cinta pertama dan terakhir Jokowi. Keduanya mulai berkenalan sejak Jokowi masih kuliah semester tiga di Universitas Gadjah Mada, sedangkan Iriana waktu itu masih kelas 3 SMA. Ia diperkenalkan oleh adik kandungnya, Iid Sriantini yang tak lain adalah teman dari Iriana. Mengarungi kehidupan rumah tangga bersama Ibu Iriana, Jokowi dikaruniai 2 putra dan 1 putri, yakni Gibran Rakabuming, Kahiyang Ayu, dan Kaesang Pangarep.

Joko-Widodo

Setelah menikah, Jokowi kembali ke Aceh. Namun tak lama berselang, ia memutuskan untuk berhenti. Selain sudah tidak betah, ia memilih kembali ke Solo karena sang istri sedang hamil dan menunggu anak pertamanya. Sepulangnya di Solo, ia bergabung dengan perusahaan perkayuan CV Roda Jati yang dikelola oleh pamannya sendiri, Miyono.

Berbekal pengalaman yang dimiliki, pada tahun 1988 Jokowi memberanikan diri membuka bisnis sendiri dengan membuka badan usaha yang dinamainya CV Rakabu. Nama ini diambil terinspirasi dari nama putra sulungnya. Sebagai pebisnis muda, jatuh bangun pernah dirasakan penikmat music heavy metal ini. CV Rakabu sempat berjaya dalam dunia permebelan. Namun juga sempat hancur dan bangkrut karena dibohongi seorang klien yang tidak membayar pesanan. Akhirnya, berkat pinjaman modal Rp 30 juta dari sang ibunda, pada tahun 1990 CV Rakabu mampu bangkit kembali.

Dengan kegigihan, kerja keras, keuletan dan jiwa pantang menyerah menaikkan levelnya dari pengusaha tingkat lokal menjadi seorang eksportir. Beberapa kota di Eropa pernah ia datangi untuk memasarkan produknya. Hingga akhirnya ia berkenalan dengan seorang pengusaha asal Perancis yang bernama Mikl Romaknan. Dari orang inilah akronim Jokowi muncul.

“Jokowi itu pemberian nama dari buyer saya dari Prancis,” kata Jokowi saat ditanya tentang asal nama populernya.

Mikl memberikan nama khusus itu untuk memudahkan dalam pengucapan, serta membedakan dengan Joko Widodo yang lain (ada beberapa eksportir mebel yang punya nama serupa). Nama itu sangat melekat padanya sampai sekarang, bahkan orang lebih suka menyebut akronim ini ketimbang nama panjangnya.

Semakin berkembangnya bisnis yang dirintisnya menjadikannya kini lebih mapan secara finansial. Hal ini kemudian melatarinya untuk mulai mencurahkan pikirannya pada kegiatan-kegiatan sosial. Ia melihat di sekitarnya banyak bisnis kecil menengah yang belum banyak mendapat perhatian, padahal sangat berpotensi untuk maju.

Melihat keadaan itu, pada tahun 2002 Jokowi bersama beberapa teman pengusaha akhirnya menggagas organisasi pengusaha mebel nasional yang bernama Asmindo (Asosiasi Pengusaha Mebel Indonesia). Jokowi didapuk sebagai ketua organisasi dan memimpin berbagai kegiatan guna meningkatkan daya usaha para pelaku usaha kecil dan menengah anggota Asmindo.

Terjun ke Dunia Politik (2005)

Babak baru dari perjalanan hidup Jokowi dimulai. Suami dari Iriana ini mulai merambah dunia politik.

Berawal dari kepemimpinan di Asmindo selama 2 tahun yang dinilai cukup baik, para anggota dan teman-temannya mulai mengusulkan ide pencalonan Jokowi di Pilkada Surakarta (Solo) tahun 2005. Awalnya Jokowi hanya menanggapi dingin, dan sering tertawa saat usulan itu disampaikan padanya.

Tapi dukungan demi dukungan dari orang dekat terus bermunculan. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk maju dalam pertarungan pilkada. Ada tiga alasan yang mendasari keputusan itu sebagaimana pengakuannya.

Pertama, ia ingin mengakomodasi usulan-usulan yang muncul dari banyak kalangan. Kedua, punya keinginan membawa Solo ke arah yang lebih baik, baik di tingkat lokal, nasional maupun internasional. Ketiga, ia ingin pemerintahan ini diurus secara bersih, tegas dan tanpa kompromi, sehingga good governance dan clean goverment benar-benar terwujud.

"Semua orang bisa saja terjun ke dunia politik. Saya memang ikut berpartisipasi dalam proses pilkada di Surakarta, karena ada permintaan-permintaan serius dari elemen dan komponen masyarakat. Untuk menjadi wali kota, memang saya harus punya partai yang membawa saya" ujarnya.

PDI Perjuangan menjadi kendaraan yang dipilihnya. Ia dipasangkan dengan FX Hadi Rudyatmo dan memenangkan pilkada dengan prosentase 36,62% suara. Keduanya dilantik sebagai Walikota dan Wakil Walikota Surakarta periode 2005-2010.

Joko-Widodo

Apa komentarnya menanggapi kemenangan ini?
“Enggak ada niat, kecelakaan. Ndak tahu itu. Kita dapat suara 37 persen, menang tipis. Wong saya bukan orang terkenal, kok. Yang lain terkenal semuanya kan, saya enggak. Tapi, kelihatannya masyarakat sudah malas dengan orang terkenal. Mau coba yang enggak terkenal. Coba-coba, jadi saya bilang kecelakaan tadi itu memang betul.” akunya.

Menjadi Walikota Solo (2005-2012)

Meski menang dari sebagian besar rakyat, masih banyak orang meragukan kemampuannya memimpin sebuah kota. Itu sangat masuk akal melihat curriculum vitae Jokowi yang nihil pengalaman politik, tak pernah tercatat sebagai aktivis mahasiswa, dan hanya aktif mengurusi satu organisasi sosial.

Nyatanya, keraguan itu berhasil ia jawab. Apa yang bagi banyak orang dianggap mustahil ternyata berhasil di tangan Jokowi. Berbekal pengalamannya melihat tata kelola kota-kota Eropa yang modern, Jokowi mencoba menata Solo menjadi kota yang maju. Slogan “Solo: Spirit of Java“ yang ia populerkan mampu menggerakkan warga Solo untuk sadar membangun kotanya.

Penertiban pedagang kaki lima (PKL) sebagai bagian dari tata kelola kota maju ia tuntaskan hanya di tahun pertamanya.  Menariknya, semua itu dilakukan tanpa menggunakan kekerasan dan kerusuhan. Ia bahkan rela sampai 54 kali berdialog dengan para pedagang. Selama tujuh bulan mereka diajak makan bersama di Balai Kota untuk meyakinkan para pedagang agar mau direlokasi.

Inilah ikhtisar perjalanan dan gebrakan Jokowi selama menjabat Wali Kota Solo (2005 – 2012)
  • Membangun pasar tradisional baru dan meremajakan pasar-pasar lama.
  • Merelokasi pedagang kaki lima tanpa kerusuhan untuk revitalisasi lahan hijau.
  • Membuat peraturan untuk meningkatkan efisiensi birokrasi kota.
  • Membangun kembali taman Balekambang dan taman Sriwedari.
  • Membangun city walk sepanjang 7 km dengan 3 meter lebar trotoar untuk pejalan kaki sepanjang jalan utama Solo.
  • Menetapkan peraturan ketat bagi para investor untuk memperhatikan kepentingan publik dan tegas menolak mereka jika tidak mau mengikuti peraturan.
  • Mengajak dialog bersama pedagang kaki lima, secara langsung dan melalui televisi lokal.
  • Menerapkan peraturan tegas bagi perusak tanaman sepanjang jalan kota.
  • Mengunjungi tempat-tempat tertentu secara mendadak (blusukan) untuk memantau kondisi daerah secara langsung .
  • Mempromosikan slogan "Solo: Spirit of Java" untuk menjadikan kembali Solo sebagai pusat kebudayaan dan pariwisata Jawa.
  • Melarang anggota keluarganya dari penawaran untuk proyek kota.
  • Transportasi umum dalam bentuk bis tingkat.
  • Mengenalkan bus Batik Solo Trans.
  • Program asuransi kesehatan untuk semua warga.
  • Solo Techno Park, yang membantu munculnya mobil Esemka Indonesia buatan pelajar SMK 2 dan SMK Warga Surakarta. Serta mendukung penuh dengan cara menggunakannya sebagai mobil dinas.
  • Mengenalkan kota Solo sebagai pusat pertemuan, insentif, konvensi dan pameran (MICE).
Berbagai upaya nyata yang dilakukan Jokowi berdampak pada tingginya keinginan masyarakat Solo untuk melihatnya meneruskan tugas pada periode kedua. Pada pilkada tahun 2010, Jokowi yang kembali berpasangan dengan  FX Hadi Rudyatmo kembali memenangkan persaingan. Namun berbeda dengan pilkada pertama yang hanya menang tipis, kali ini mereka unggul telak dengan prosentase suara 90,9%.

Salah satu penyebab Jokowi begitu dicintai masyarakat adalah prestasi dan penghargaan yang datang silih berganti untuk kota budaya ini. Inilah prestasi kota Solo di bawah kepemimpinan Jokowi.

Penghargaan Kota Surakarta Selama Kepemimpinan Jokowi (2005-2014)
No Prestasi Tahun
1 Penghargaan Unicef untuk Program Perlindungan Anak 2006
2 5 kali Anugerah Wahana Tata Nugraha 2006
3 menjadi tuan rumah Festival Musik Dunia (FMD) yang diadakan di Benteng Vastenburg 2007
4 Menjadi tuan rumah penyelenggara konferensi Organisasi Kota-kota Warisan Dunia 2008
5 Kota dengan Tata Ruang Terbaik ke-2 di Indonesia Piala dan Piagam Citra Bhakti Abdi Negara dari Presiden Republik Indonesia, untuk kinerja kota dalam penyediaan sarana Pelayanan Publik, Kebijakan Deregulasi, Penegakan Disiplin dan Pengembangan Manajemen Pelayanan. 2009
6 Piala Citra Bidang Pelayanan Prima Tingkat Nasional oleh Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Republik Indonesia 2009
7 Penghargaan dari Departemen Keuangan berupa dana hibah sebesar 19,2 miliar untuk pelaksanaan pengelolaan keuangan yang baik 2009
8 Indonesia Tourism Award 2009 dalam Kategori Indonesia Best Destination dari Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI bekerjasama dengan majalah SWA. 2009
9 Grand Award Layanan Publik Bidang Pendidikan 2009
10 Penghargaan Tata Tertib Lalu Lintas dan Angkutan Umum. 2009
11 Penghargaan Manggala Karya Bhakti Husada Arutala dari DepKes 2009
12 Penghargaan Kota Solo sebagai inkubator bisnis dan teknologi (2010) dari Asosiasi Inkubator Bisnis Indonesia (AIBI). 2010
13 Kota Terfavorit Wisatawan 2010 dalam Indonesia Tourism Award 2010 yang diselenggarakan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. 2010
14 Penghargaan dari Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono sebagai salah satu kota terbaik penyelenggara program pengembangan mewujudkan Kota Layak Anak (KLA) 2011
15 Penghargaan Langit Biru dari Kementerian Lingkungan Hidup untuk kategori Kota dengan kualitas udara terbersih. 2011
16 Pengembang UMKM terbaik versi Universitas Negeri Sebelas Maret alias UNS SME’s Awards 2012

Di samping penghargaan yang diberikan pada kota Solo, beberapa penghargaan juga diraih Jokowi secara pribadi, yaitu:

Prestasi Pribadi Jokowi Selama Memimpin Surakarta (2005-2012)
No Prestasi Tahun
1 Satya Bhakti Kadin Jawa Tengah 2007
2 Solo Pos Award Solo Pos 2007, 2008
3 IKAPI Awards IKAPI 2008
4 Leadership Awards Menteri Aparatur Negara & Leadership Park 2008
5 Perhumas Award Perhimpunan Hubungan Masyarakat 2008
6 Tokoh Pilihan Tempo Majalah Tempo 2008 2008
7 Kepala Daerah Tingkat II Terbaik Pengembangan MICE Majalah Venue 2009
8 Pelopor Inovasi Pelayanan Prima Presiden RI 2010
9 Kepala Pemerintah Daerah berjiwa Enterpreneur Berhasil Property and Bank 2010
10 Innovative Government Award Kementerian Dalam Negeri 2010 2010
11 Bung Hatta Anti Corruption Award 2010
12 Marketer Award Markplus Inc. 2010
13 Alumnus Berprestasi Kategori Penggerak Sosial UGM 2010
14 Visit Indonesia mengembangkan destinasi wisata Kementerian Pariwisata 2010
15 Bung Hatta Anticorruption Award 2010
16 IAI Award IAI Jawa Tengah 2011
17 Inovasi Manajemen Perkotaan Awards Kementerian Dalam Negeri 2011
18 UNS Awards — Tanda Jasa Dharma Budaya Bhakti Praja Rektor UNS 2011
19 Realestat Indonesia—Penataan Lingkungan, Relokasi PKL dan Penataan Pasar Tradisional serta Peremajaan Kawasan Kumuh DPP REI 2011
20 Tokoh Perubahan 2010 Republika 2011
21 MIPI Awards Masyarakat Ilmu Pemerintahan Indonesia 2011
22 Satya Lancana Pembangunan Bidang Koperasi Presiden RI 2011
23 Tanda Kehormatan Bintang Jasa Utama Presiden RI 2011
24 GATRA Award Walikota Terbaik GATRA 2011
25 Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta Award 2011
25 Charta Politica Award 2011
26 Wali Kota teladan dari Kementerian Dalam Negeri 2011


Menjadi Gubernur DKI Jakarta (2012-2014)

Perjalanan hidup Jokowi memasuki babak baru saat tahun 2012 ia diminta menjadi calon gubernur DKI Jakarta. Ide itu awalnya dilontarkan oleh tokoh Partai Golkar yang juga mantan wakil Presiden, Jusuf Kalla. Ia menemui Jokowi secara pribadi. Jokowi sempat menolak karena belum menerima instruksi dari partai yang membesarkannya, PDI Perjuangan.

Ketika kabar rencana Jokowi mau “dibawa” Jakarta ini menyebar ke khalayak, masyarakat Solo langsung merespon. Banyak yang mendukung, tapi tak sedikit yang menentang. Beberapa ada yang membentangkan poster “Dari Solo Untuk Jakarta” sebagai bentuk dukungan, ada pula yang kontra karena amanahnya 5 tahun belum selesai.

Apapun itu, Megawati Soekarno Putri akhirnya memberikan instruksi kepada salah satu kader terbaiknya ini untuk “merantau” ke Jakarta. Dengan berbagai pertimbangan, Jokowipun menerima dan menyatakan siap maju dalam pemilihan gubernur Jakarta periode 2012-2017.

Ia berpasangan dengan Basuki Thahaja Purnama (Ahok) yang diusung Partai Gerindra.

Di pilkada DKI, Jokowi bersama Ahok harus bersaing dengan 4 kompetitor lainnya, termasuk gubernur petahana Fauzi Bowo – Nachrowi Ramli. Bersaing dengan incumbent, tentu tak mudah bagi Jokowi untuk menarik simpati masyarakat. Namun bukannya menggebu-gebu dalam berkampanye, ia justru menampilkan diri apa adanya, santai, dan hanya ingin memberi alternatif pemimpin bagi masyarakat Jakarta.

Namun ternyata itulah titik terkuatnya. Jokowi tahu betul orang Jakarta pintar dan rasional, tak sulit untuk sekedar mengakses kredibilitas dan prestasi yang dicapainya selama memimpin kota Solo. Baju kotak-kotak kombinasi warna merah hitam dipilihnya sebagai simbol persatuan para pendukungnya.

Jokowi-Ahok menatap hari pemungutan suara dengan hasil survei yang tidak mengunggulkannya. Sejumlah lembaga survei melaporkan, incumbent Fauzi Bowo – Nachrowi Ramli akan keluar sebagai pemenang. Nyatanya setelah pemungutan suara dilakukan, rekapitulasi suara menunjukkan Jokowi-Ahok unggul tipis. Namun keunggulan itu tak lantas membuatnya langsung menjadi gubernur, karena tidak ada yang memperoleh suara lebih dari 50%, maka harus dilakukan putaran kedua.

Di putaran kedua, Jokowi-Ahok berhadapan head to head dengan Fauzi Bowo – Nachrowi Ramli.

Akhirnya di pilkada putaran kedua ini, Jokowi-Ahok kembali unggul dengan persentase perolehan suara 53,82% berbanding 46,18%. Itu artinya ia memenangkan kursi Gubernur DKI Jakarta. Kemenangan ini dinilai oleh banyak pengamat sebagai imbas dari strategi cerdas yang diterapkan selama masa kampanye. Jokowi-Ahok resmi menjabat sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur setelah dilantik pada 15 Oktober 2012.

Joko-Widodo

Memimpin provinsi yang sekaligus ibukota negara, tampak tidak menjadi beban bagi Jokowi. Ia langsung tancap gas menjalankan program-program yang ia sampaikan selama kampanye. Inilah ikhtisar perjalanan dan kebijakan Jokowi selama menjadi gubernur DKI Jakarta.

  • Mengambil alih sumber daya air dari perusahaan kepada Pemprov DKI Jakarta.
  • Meningkatkan upah minimum provinsi. Awalnya, buruh menuntut upah sejumlah Rp 3,7 juta rupiah. Akan tetapi, lewat diskusi dengan banyak pihak akhirnya upah yang ditetapkan sebesar Rp 2,44 juta.
  • Membangun Angkutan Massal Cepat (MRT), yang belum sempat dikerjakan pemerintahan sebelumnya.
  • Perbaikan sarana angkutan dengan optimalisasi moda transportasi transjakarta/ busway.
  • Meresmikan pembangunan jalur hijau Monorel Jakarta sepanjang 11 kilometer.
  • Menghentikan operasional metromini dan kopaja yang sudah tidak layak, serta mengharuskan pengusaha metromini untuk meremajakan kendaraannya.
  • Melakukan normalisasi Waduk Pluit, Waduk Tomang Barat, Waduk Rawa Bambon, Waduk Ria Rio, Kali Pesanggrahan, serta pembenahan berbagai saluran air untuk mengatasi banjir.
  • Program berbasis kartu, seperti Kartu Jakarta Sehat dan Kartu Jakarta Pintar.
  • Razia topeng monyet sebagai bentuk kepedulia satwa dilindungi.
  • Memberdayakan Jakarta sebagai kota festival berbasis tata kelola kota modern, dengan menggelar 97 festival selama tahun 2013, seperti Jakarta Night Festival, Pesta Rakyat, dan Pekan Raya Jakarta (PRJ).
  • Penataan pedagang kaki lima dengan meminimalisir kerusuhan.
  • Sistem lelang jabatan untuk mengurangi nepotisme di birokrasi DKI Jakarta.
  • Transparansi jumlah gaji bulanan dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dengan mengumumkannya kepada publik.
  • Transparansi kinerja seperti online tax, e-budgeting, e-purchasing, dan cash management system. Serta semua rapat dan kegiatan yang dihadiri oleh Jokowi dan Ahok direkam dan diunggah ke akun YouTube.
Ketenaran Jokowi selama menjadi Walikota Solo dan gubernur DKI Jakarta, menjadikan media asing memberikan beberapa julukan untuknya. Majalah The Economist menjulukinya 'Mr.Fix' yang artinya bisa memperbaiki atau merapikan segala hal, Sedangkan oleh BBC Jokowi dijuluki sebagai 'Obama dari Jakarta'.

Berikut ini beberapa prestasi Jokowi selama menjadi gubernur DKI Jakarta:

Penghargaan Jokowi Selama Menjabat Gubernur DKI Jakarta (2012-2014)
No Prestasi Tahun
1 Charta Politika Award III Tokoh Kepala Daerah 2012
2 Soegeng Sarjadi Award on Good Governance untuk Kategori Tokoh Inspirasi Pemberdayaan Masyarakat 2012
3 Pembina Bank Daerah Terbaik 1 2012
4 Tokoh News Maker 2012
5 Anugerah Integritas Nasional 2013
6 Best of The Best The Right Man On The Right Place 2013 2013
7 Pembina BUMD Terbaik 2013
8 Penghargaan Terbaik II Rencana Kerja Pemerintah Daerah 2013 Tingkat Provinsi Kelompok A (DKI Jakarta) 2013
9 Penghargaan Satya Lencana Karya Bakti Praja Nugraha Presiden RI 2013
10 Soegeng Sarjadi Award Award On Good Government Kategori Kepemerintahan Terbaik 2013
11 Prominent Figure With Positive Sentiment In Social Media 2013
12 Wreda Nugraha Utama 2013
13 Bung Hatta Anti Corruption Award 2013
14 Akuntanbilitas Kinerja Pemprov DKI 2013
15 Jakarta Tahun 2013 dengan Predikat CC Menpan Azwar Abu Bakar 2013
16 Anugerah Parahita Eka Praya 2013 Provinsi DKI Jakarta 2013
17 Mens Obsesion Decade Award 2004-2014, Rising Leades 2014
18 Anugerah Tokoh Seputar Indonesia 2013
19 Future Gov Award 2013 DKI Jakarta Winner of the category or E-Government 2013
20 Tokoh Pelestari Kebudayaan Jakarta Penghargaan dari Soekarno Center Bali - Indonesia sebagai Tokoh Teladan Demokrasi Indonesia 2013

Hanya selama 2 tahun Jokowi menjalankan amanah sebagai gubernur DKI Jakarta, karena ia memutuskan mencalonkan diri sebagai Presiden RI periode 2014-2019. PDI Perjuangan melalui ketua umumnya Megawati Soekarno Putri memberi perintah agar ia maju sebagai Calon Presiden. Itu tandanya ia harus berhenti sementara untuk mengikuti proses Pemilihan Presiden 2014.

Jokowi, sekali lagi harus bertarung di kancah persaingan dengan level yang lebih tinggi.

Menjadi Presiden Republik Indonesia (2014-sekarang)

Pengumuman Jokowi untuk pertama kali sebagai calon presiden dilaksanakan di rumah Si Pitung, Jakarta. Saat itu ia mencium Bendera Merah Putih sebagai simbol kesiapannya memimpin bumi pertiwi. Beberapa hari berselang deklarasi resminya dilakukan di Gedung Juang 45.

Meski sudah memastikan diri maju sebagai calon presiden, Jokowi sendiri belum tahu siapa yang akan menemaninya sebagai cawapres. Publik dipaksa menduga-duga siapa tokoh itu. Akhirnya, pilihan itu jatuh pada Jusuf Kalla, mantan wakil Presiden RI periode 2005-2009. Mereka lantas membuat akronim Jokowi-JK agar lebih mudah diingat publik. Baju kotak-kotak persis saat mencalonkan gubernur DKI Jakarta kembali ia gunakan sebagai ciri khasnya.

Pada gelaran pemilihan presiden 2014 ini, Jokowi-JK bersaing secara head to head dengan paangan Prabowo Subianto – Hatta Rajasa, tokoh dari Partai Gerindra dan Partai Amanat Nasional (PAN). Partai yang sempat menjadi pendukung utamanya di Pilkada DKI ini sekarang harus menjadi kompetitornya.

Akhirnya pada bulan Juli 2014, hasil rekapitulasi suara oleh KPU menyatakan Jokowi-JK sebagai pemenang dengan perolehan suara sebesar 70.997.833 atau 53,15%. Lebih tinggi dari kompetitornya dengan selisih 8.421.389 suara. Ini menandakan Jokowi harus mengundurkan diri dari jabatan gubernur DKI dan bersiap menjalankan amanah baru sebagai orang nomor satu di Indonesia.

Pelantikan Jokowi sebagai Presiden dilakukan pada tanggal 20 Oktober 2014 di Gedung DPR/MPR RI.

Joko-Widodo

Jokowi mengawali kiprahnya dengan mengeluarkan kartu Indonesia Sehat dan Kartu Indonesia pintar, program yang ia andalkan sewaktu kampanye. Di samping itu, banyak kebijakan lain darinya yang selalu menyita perhatian publik. Inilah ikhtisar perjalanan dan kebijakan Jokowi saat menjadi Presiden Republik Indonesia.

  • Menunjuk menteri-menteri yang seimbang antara kalangan politisi dan profesional.
  • Memberi instruksi keras terhadap kapal-kapal ilegal pencuri ikan di wilayah Perairan Indonesia yaitu penenggelaman kapal.
  • Membagikan seribu lebih traktor guna menggengjot produksi pertanian.
  • Mengundang investor asing dengan nilai investasi 300 Trilyun rupiah ketika ia berpidato di APEC.
  • Dinamisasi harga bahan bakar minyak (BBM).
  • Perampingan struktur pemerintahan.
  • Pembangunan infrastuktur besar-besaran terutama akses jalan (Trans Sumatera dan Trans Papua).
  • Pembangunan puluhan bandara dan pelabuhan.
  • Membuat Perpres untuk mengubah status PT Freeport dari kontrak karya menjadi IUPK, yang dinilai akan memberikan keuntungan lebih tinggi bagi Indonesia.
Itulah beberapa kebijakan yang ia terapkan selama menjadi presiden sampai saat ini. Di balik semua kebijakannya, tentu ada yang pro dan ada yang kontra. Tapi terlepas dari itu, sosok Jokowi tetaplah selalu menjadi pusat perhatian. Ia dinilai berbeda dari pemimpin kebanyakan. Bahasa politiknya yang merakyat dan kebijakan-kebijakannya yang tegas tanpa kompromi, membuat publik selalu menunggu gebrakan-gebrakan apa selanjutnya dari mantan wong cilik ini.

Buku bacaan tentang Joko Widodo.

  • Jokowi: Memimpin Kota Menyentuh Jakarta. Penulis: Alberthiene Endah (2012)
  • Jokowi: Si Tukang Kayu. Penulis : Gatotkoco Suroso (2012)
  • Jokowi Ahok. Penulis:  A Yogaswara (2012)
  • Jokowi: Spirit Bantaran Kali Anyar. Penulis: Domu D Ambarita (2012)
  • Jokowi: Pemimpin Rakyat Berjiwa Rocker. Penulis: Yon Thayrun (2012)
  • Demokreatif: Kisah Blusukan Jokowi. Penulis: Yoga Adhitrisna, Satriyo Wibowo (2014)
  • Saya Sujiatmi, Ibunda Jokowi. Penulis: Kristin Samah, Francisca Ria Susanti (2014)
  • Gado-Gado Kerikil Jokowi. Penulis:  Anas Syahirul A. (2013)
  • Indonesia Memilih. Penulis: Bimo Nugroho (2014)
  • Jokowi People Power. Penulis:  Bimo Nugroho, Panca Setia, M. Yamin (2014)
  • Jokowi, Tokoh Perubahan. Penulis: Arif Supriyono (2012)
  • Jokowi Rapopo Jadi Presiden. Penulis: Arimbi Bimoseno (2014)
  • Jokowi : Politik Tanpa Pencitraan. Penulis: Bimo Nugroho, Dwi Nugroho, Ajianto.
  • Si Nyentrik yang Disukai: Jokowi. Penulis: Owen Putra.
  • Jokowi Aku Rapopo : Pandangan Seorang Jurnalis. Penulis: Hermawan Aksan (2014)
  • Jokowi: Pemimpin Yang Rendah Hati. Penulis: Dwi Suwiknyo (2012)
  • Falsafah Jawa Soeharto & Jokowi : menjadi pemimpin kharismatis ala Soeharto dan Jokowi. Penulis: Ki Nardjoko Soeseno (2013)
  • Spirit Semut Ireng Jokowi: Muka Metal, Hati Keroncong. Penulis: R. Toto Sugiharto (2012)
  • Jokowi: From Zero to Hero: Kisah Nyata Anak Miskin Yang Menjadi Orang Besar. Penulis: Bernard Taufani (2012)
  • Banjir Jakarta: Dari Zaman Jenderal J.P. Coen (1621) sampai Gubernur Jokowi (2013). Penulis: Zaenuddin (2013)
  • Jokowi, Dari Jualan Kursi Hingga Dua Kali Mendapatkan Kursi: Kisah Wali Kota Yang Inspiratif. Penulis: Zaenuddin (2012)

Demikian biografi dari Joko Widodo, Presiden Indonesia ke 7. Jika artikel ini penting dan bermanfaat, silahkan share ke teman-teman anda.